Merbabu via Selo. 2nd trip
Merbabu via selo, boyolali, jawa tengah
Senin-selasa, 4-5 agustus 2014
haii... untuk kedua kalinya, aku naik Merbabu lagi. tapi dengan orang yang beda. yoa, sama temen-temen SMA yang udah nggak pernah ketemu, dan ceritanya aku diminta nemenin Andini (agak dipaksa trus akhirnya aku mau juga haha). berangkatnya dari Boyolali, Meeting point ada di basecamp nya pecinta alam SMA. hahhaha. malu euu diliatin anak-anak SMA.
depan sekre SMA, sedikit nostalgia |
Namanya Indonesia, jam karet pasti. dari total 8 orang yang mau naik, 2 adalah cewek. bisa ditebak? aku sama Andini. hmmm. yang lain mah udah lama banget nggak pernah ketemu, pada kuliah di IPB, Undip, UNS, UGM. Berkat liburan, dipertemukanlah kita disini. Ghufron jadi leader pendakian, truas ada aku, danar, kendar, tofa, andini, aziz budiman sama yanuar. Dan semua
orang ini, temen dari SMA, bahkan SMP. Walaupun agak sableng tim nya, tapi I think tim ini bakal seru
karena yang ada pada gokil ga jelas semua.
Kita berangkat jam 3 sore setelah beberapa hal harus
diselesaikan dulu, mulai dari nitipin motor, ngisi bensin sampe motor tofa yang
harus mogok ditengah jalan menuju base camp. Sampe sana langsung sholat ashar
berjamaah dulu, meminta doa biar sampe atas dan kembali lagi ke bawah dengan
selamat.
kata bapak-bapak semalem abis badai.
kata bapak-bapak semalem abis badai.
Agak nanggung sih, tapi pukul 16.30 kita mulai naik. Cuaca mulai lebih dingin dan
gelap.
Menuju pos 3, cuaca agak sedikit nggak mendukung, apalagi
menuju pos batu tulis, jalan menanjak dan terjal, waktu itu pukul 8 malem,
tetesan air mulai jatuh, tapi kita masih bisa ketawa ketawa biar nggak mikir capek,
ya karna dari bawah emang nggak pernah berhenti ngebanyol sih. masih berfikir
positif kalau cuaca akan kembali bersahabat, tapi cuaca malah bertambah dingin kabut bertambah tebal, gelap dan kita
ada di tanjakan. lama lama jaket mulai basah. Entah karena terlalu semangat,
kita nggak membuat antisipasi memakai jas hujan atau menutup tas dengan
raincover.
Niatnya kita segera mau pake jas hujan saat menemukan bidang datar. Tapi tiba tiba...
sreeekkk
Brakk
suara manusia kepleset dan nyungsep ke bawah.
itu aku :(
Ditengah gelap nya jalanan, hujan yang tiba tiba mengguyur seperti menumpahkan air dengan ember, aku terjatuh. Ya, jatuh ditempat yang tidak aku ketahui dimana, yang pasti aku masih memeluk tanah berlumpur. seketika temen temenku yang lain diam dan mencariku dengan sorot lampu senter. "Ini gimana, kakiku gak bisa napak nih" aku berusaha sok kepayahan, merengek antara sok tegar dan takut terbayang bayang kalau di bawahku itu langsung mengaga jurang dalam.
Teman temanku sudah sok serius dengan berupaya mengangkatku naik. aku sendiri nggak bisa naik karena terlalu berat dan licin. Lalu carrier ini aku lepas perlahan dan diambil temanku ke atas, dibawah hujan.
Dan ternyata keputusan untuk melepas carrier adalah pilihan terbaik karena aku lebih bisa berpikir jernih.. karena ternyata... dibawah kakiku masih masuk jalur pendakian :(((
Jadi ....
karena hujan aku mencari jalan dengan menghindari jalur air.. sementara jalur di Merbabu itu seperti palung yang terkadang memiliki 2 lajur dengan pembatas yang cukup tinggi ditengah tengah. jadi, aku itu jatuh di sisi lajur sebelah kanan.
Ditengah hujan yang makin deras, yang awalnya panik, yang awalnya udah mikir macem macem, tiba tiba temenku ketawa! serius ngetawain aku :((
Well, walaupun diketawain pun, semua temenku awalnya panik juga saat aku tau aku terperosok. dan untungnya mereka nggak ngetawain aku terlalu lama karna kita harus segera survive dari jalanan ini mencari tanah lapang untuk berkemas dan mengeringkan badan.
Baru beberapa langkah berjalan terseok seok, kita berhenti sementara Danar mencari jalan karena hujan telah membuat kabut yang jarak pandangnya saja hanya sekitar 3 meter. dikejauhan Danar berteriak kalau kabut semakin lebat, hujan semakin deras dan agin semakin bising membuat siapapun yang bicara tidak begitu terdengar.
Kita memutuskan untuk membuat tenda disini yang sekiranya aman karena kita pun nggak tahu sedang berpijak dimana. 2 tenda kita pasang dengan cukup kepayahan karena angin menerbangkannya berkali kali.
Waktu itu masih jam 10 malam dan masih ada 6 jam untuk menunggu matahari terbit. Sedih rasanya, setelah ganti baju kita hanya bisa menghangatkan diri dengan membuat minum. Kendar, yang tadinya ngetawain aku pun, sekarang meringkuk dengan jaket dan jas hujan yang aku berikan, dia kedinginan dan aku berharap dia nggak terkena gejala hipotermia. Aku mulai sok jagoan memberinya dia minum, mengajaknya mengobrol, jangan tidur dulu, dan sebagainya. Sampai akhirnya angin sangat ribut sehingga kita hanya bisa duduk didalam tenda berharap pagi segera datang. Malam itu aku membaca ayat ayat Alquran dari buku yang aku bawa, pengalaman itu adalah pengalaman terburukku selama mendaki gunung.
Pukul 2 pagi hujan angin mulai mereda walaupun suaranya masih seperti deru pesawat yang ingin mendarat. Andini ingin kebelakang, aku menemaninya keluar, aku mendengar suara suara manusia dari kejauhan. dan benar saja, pendaki yang semalam baru berangkat dari basecamp dan sekarang baru sampai disini yang ternyata ...
Pos Batu tulis
Guess what? saking gelapnya semalam, kita bahkan nggak tau kalau tenda para cowok berada di pinggiran aliran air :( hahahahha
sreeekkk
Brakk
suara manusia kepleset dan nyungsep ke bawah.
itu aku :(
Ditengah gelap nya jalanan, hujan yang tiba tiba mengguyur seperti menumpahkan air dengan ember, aku terjatuh. Ya, jatuh ditempat yang tidak aku ketahui dimana, yang pasti aku masih memeluk tanah berlumpur. seketika temen temenku yang lain diam dan mencariku dengan sorot lampu senter. "Ini gimana, kakiku gak bisa napak nih" aku berusaha sok kepayahan, merengek antara sok tegar dan takut terbayang bayang kalau di bawahku itu langsung mengaga jurang dalam.
Teman temanku sudah sok serius dengan berupaya mengangkatku naik. aku sendiri nggak bisa naik karena terlalu berat dan licin. Lalu carrier ini aku lepas perlahan dan diambil temanku ke atas, dibawah hujan.
Dan ternyata keputusan untuk melepas carrier adalah pilihan terbaik karena aku lebih bisa berpikir jernih.. karena ternyata... dibawah kakiku masih masuk jalur pendakian :(((
Jadi ....
karena hujan aku mencari jalan dengan menghindari jalur air.. sementara jalur di Merbabu itu seperti palung yang terkadang memiliki 2 lajur dengan pembatas yang cukup tinggi ditengah tengah. jadi, aku itu jatuh di sisi lajur sebelah kanan.
Ditengah hujan yang makin deras, yang awalnya panik, yang awalnya udah mikir macem macem, tiba tiba temenku ketawa! serius ngetawain aku :((
Well, walaupun diketawain pun, semua temenku awalnya panik juga saat aku tau aku terperosok. dan untungnya mereka nggak ngetawain aku terlalu lama karna kita harus segera survive dari jalanan ini mencari tanah lapang untuk berkemas dan mengeringkan badan.
Baru beberapa langkah berjalan terseok seok, kita berhenti sementara Danar mencari jalan karena hujan telah membuat kabut yang jarak pandangnya saja hanya sekitar 3 meter. dikejauhan Danar berteriak kalau kabut semakin lebat, hujan semakin deras dan agin semakin bising membuat siapapun yang bicara tidak begitu terdengar.
Kita memutuskan untuk membuat tenda disini yang sekiranya aman karena kita pun nggak tahu sedang berpijak dimana. 2 tenda kita pasang dengan cukup kepayahan karena angin menerbangkannya berkali kali.
Waktu itu masih jam 10 malam dan masih ada 6 jam untuk menunggu matahari terbit. Sedih rasanya, setelah ganti baju kita hanya bisa menghangatkan diri dengan membuat minum. Kendar, yang tadinya ngetawain aku pun, sekarang meringkuk dengan jaket dan jas hujan yang aku berikan, dia kedinginan dan aku berharap dia nggak terkena gejala hipotermia. Aku mulai sok jagoan memberinya dia minum, mengajaknya mengobrol, jangan tidur dulu, dan sebagainya. Sampai akhirnya angin sangat ribut sehingga kita hanya bisa duduk didalam tenda berharap pagi segera datang. Malam itu aku membaca ayat ayat Alquran dari buku yang aku bawa, pengalaman itu adalah pengalaman terburukku selama mendaki gunung.
Pukul 2 pagi hujan angin mulai mereda walaupun suaranya masih seperti deru pesawat yang ingin mendarat. Andini ingin kebelakang, aku menemaninya keluar, aku mendengar suara suara manusia dari kejauhan. dan benar saja, pendaki yang semalam baru berangkat dari basecamp dan sekarang baru sampai disini yang ternyata ...
Pos Batu tulis
Guess what? saking gelapnya semalam, kita bahkan nggak tau kalau tenda para cowok berada di pinggiran aliran air :( hahahahha
jam 5 pagi....
Melihat ufuk timur yang mulai berwarna orange adalah anugerah terindah hari itu. Merbabu yang semalem mengerikan, pagi ini begitu indah...
Melihat ufuk timur yang mulai berwarna orange adalah anugerah terindah hari itu. Merbabu yang semalem mengerikan, pagi ini begitu indah...
sunrise. siluet |
Sebelum kita benar benar bersyukur tentang pasgi yang indah ini, kita sholat subuh berbekal sajadah banner yang di tinggal pendaki yang tidak jauh dari tenda kita. Sunrise waktu itu tidak kalah indahnya dari sunrise di Sabana 1. hanya ada kita ber 8, menikmati anugerah yang maha kuasa, yang masih memberi kesempatan melihat pemandangan ini.
Kenapa aku asing dengan jalur yang semalam, karena sebelum ini aku naik merbabu tidak melewati jalur kemarin tapi lewat jalur lain yang mendaki bukit, bukan melewati lembah.
Kenapa aku asing dengan jalur yang semalam, karena sebelum ini aku naik merbabu tidak melewati jalur kemarin tapi lewat jalur lain yang mendaki bukit, bukan melewati lembah.
ini hadiah dari badai semalam :
Jam setengah 7 kita memutuskan tetep berangkat menuju puncak, barang barang kita taruh
di tenda, brang barang yang di perlukan dibawa dengan daypack
Pukul
setemgah 8 kita udah nyampe di sabana 1, sebenernya dari batu tulis ke sabana 1
nggak jauh jauh amat, tapi berhubung tadi malem kayak gitu yam au bagaimana
lagi. perjalanan ke puncak kali ini kayaknya lama istirahatnya daripada
jalannya. Hehe. Nyampe sabana 1 kita jalan terus ke puncak, ngelewatin sabana
2, ngeliat burung merbabu, ketemu rombongan dari sambi, sama ketemu sama
pendaki yang udah muncak slamet sumbing sindoro ungaran merapi merbabu dalam 5
hari. Kita kayak lagi jadi tukang sensus pendaki. Semua pendaki ditanya, banyak
leyeh leyehnya, tidurannya sampai ngemilnya. Jadi inget setahun yang lalu
diagustus juga waktu ngelewain tempat ini, masih kerasa ngebayangin jauhnya
sampai puncak.
Menyenangkannya naik merbabu adalah setiap sudutnya itu indah, biru langitnya, gunung merapinya dan hijaunya sabana atau pohon pohon disekitarnya
Mencapai puncak bukan tujuan kita saat badai itu datang, tapi ada mau dikata, pagi ini langit sangat cerah dan puncak berhasil kita gapai
Ini sepatu baru haha agak sedih karena pertama naik saja sudah dibuat seperti ini haha. jadi tangguh ya nak...
Pulangnya pun kena tragedi lagi, Yanuar nggelundung jatuh pipinya kebaret ranting :(. untungnya dia bisa megang ranting jadi nggak nyrungsuk ke bawah, dan ada mas mas baik hati yang ngebantu ngasih obat.
momen ini jadi momen pendakian penuh cerita...
Jam 2 kita packing, sholat dhuhur dan setangah 3 turun ke bawah... 15 menit turun dari batu tulis ke pos 2, 30 menit dari pos 2 ke pos 1, 45 menit dari pos 1 nyampe base camp, total 1,5 jam an kita turun ke bawah...
momen ini jadi momen pendakian penuh cerita...
Jam 2 kita packing, sholat dhuhur dan setangah 3 turun ke bawah... 15 menit turun dari batu tulis ke pos 2, 30 menit dari pos 2 ke pos 1, 45 menit dari pos 1 nyampe base camp, total 1,5 jam an kita turun ke bawah...
Komentar
Posting Komentar