Itinerary Pulau Bawean, Pesona Tanjung Ghe'en dan Noko Selayar

Kalau Jawa Tengah punya Karimunjawa, Jawa Timur punya Pulau Bawean. Pulau ini terletak cukup jauh menyeberang ke utara kota Gresik. Untuk sampai ke Bawean kita bisa berangkat naik kapal Ferry, kapal cepat atau pesawat. 

Kapal cepat Bahari Express berangkat dari pelabuhan Gresik. Jadwal nya bisa di akses di IG (expressbahari.id) selalu update tiap bulan, kadang ada jadwal tambahan mendadak juga yang di post di IG. Beli tiketnya bisa download aplikasi di Play Store / app store.

Untuk jalur udara, ada pilihan pesawat perintis dari Susi Air, berangkat dari Bandara Juanda Surabaya ke Bandara Harun Thohir Bawean. Jadwal penerbangan dan cara pemesanan juga bisa di pantau lewat IG (bxwbawean). Berita baiknya, harga penerbangan ini di subsidi pemerintah, tapi sayangnya hanya untuk penumpang domestik aja. Jadi untuk wisatawan mancanegara pilihannya ya naik kapal cepat dari Gresik.

Kita berangkat hari Kamis jam 9 pagi dari Pelabuhan Gresik, kondisi ruang tunggu kapal cepat baru ramai sekitar 1 jam mendekati keberangkatan. Sampai pelabuhan, kita scan tiket untuk mendapatkan karcis di loket sebelah pintu masuk ruang tunggu. Pagi itu ruang tunggu penuh, beberapa ku dapati ada rombongan ibu ibu dan bapak bapak membawa carrier. Penumpang lain bisa jadi wisatawan atau warga Bawean yang kembali dari pulau Jawa.

Pukul 08.30 penumpang sudah antri untuk masuk ke dalam kapal. Kebetulan saat berangkat kita memang pesan tiket eksekutif untuk menemukan perbedaan dengan tiket VIP. Karna baru pertama kali, ternyata ada 4 ruangan kapal, A sampai D untuk ruang eksekutif. A dan B ada di deck bawah, C dan D ada di deck tengah dan atas. Alhasil, di 3/4 perjalanan mulai terasa mabok lautnya. Untungnya masih aman terkendali walau harus menahan sampai kapal bener bener sandar di Pelabuhan Bawean.


Kapal sampai di Pelabuhan Bawean sekitar pukul 1 siang. Ombak disini cukup tinggi. Uniknya selama perjalanan menuju Bawean, banyak banget orang bicara dengan logat melayu. Setelah sampai barulah terdengar bahasa Bawean yang sedikit mirip dengan Madura tapi dengan nada yang lebih halus.

Turun dari kapal, kita jalan menuju parkiran motor di ujung pintu masuk Pelabuhan. Nggak ada kendaraan umum di Bawean, solusinya adalah sewa motor atau mobil. Ada banyak persewaan tanpa harus meninggalkan kartu identitas, bahkan motor yang di sewa aja diletakkin di pelabuhan beserta kunci motornya haha. Sewa motor disini juga tanpa helm, jadi kalau mau pake helm, request dulu ya ke pemiliknya. Kita sewa motor sepaket dengan penginapan. Harga rata-rata persewaan motor disini 45K-70K/hari. 

Hotel Miranda berjarak sekitar 2 km ke arah alun alun Sangkapura. Ada 2 jenis kamar yang di sediakan, Executive dan VIP. Kita pesan 1 kamar executive dilantai 2. View yang didapat adalah lahan kosong berwarna hijau, sawah dan deretan pegunungan di Bawean. 

Pemandangan perbukitan memanjang dari Barat ke Timur. Kita bisa lihat sunrise jika cuaca cerah dari lantai 2. Siang ini langit biru cerah sejauh mata memandang. Untuk lebih prepare, bisa juga memantau perkiraan cuaca di website BMKG karna cuaca di kepulauan seringkali berubah dengan cepat.

Hari Pertama

Pantai Selayar

Setelah check in dan bersih bersih, kita putuskan untuk cari makan siang dan pergi ke pantai Selayar. Saat perjalanan dari hotel nggak banyak rumah makan yang buka. Jarak dari Hotel ke Pantai Selayar kurang lebih 5 km, 3 km pertama kita akan melewati jalur lingkar Bawean dengan kondisi jalan paving. Setelah itu belok kanan di jalur kecil masuk ke dalam bukit dan pemukiman sejauh 2 km. Jalurnya kurasa cukup untuk roda 2. Ikuti petunjuk papan kecil ke arah BWS Selayar buatan anak-anak KKN, karna terkadang sinyal di googlemaps sedikit ngaco.

Sampai di Pulau Selayar hanya ada beberapa pengunjung yang duduk santai di bangunan gazebo semi permanan. Biaya retribusi pantainya cuma 3.000/orang. Ada beberapa warung tapi banyak yang tutup, mungkin karna udah sore.

Air laut udah mulai surut semenjak kita datang, dari bibir pantai terlihat pulau Lalajer/Selayar. Kalau air lebih surut akan muncul pasir timbul yang menghubungan pantai ke pulau di seberang. Dulu disini ada persewaan kano, tapi sekarang udah nggak ada. Persewaan kano yang masih ada di area mangrove sebelah timur pantai Selayar atau di pantai Jerat Lanjeng/ Makam Panjang. 

Dekat dengan pantai Selayar, ada sebuah homestay namanya Homestay Buangsari, temanya living with local. Jadi tinggal di homestay ini kalian akan diajak memancing, bakar ikan dan aktifitas lain bersama pemilik rumah. Cocok untuk healing dan menjauh dari keramaian.

Walaupun pantai ini cocok untuk menunggu Sunrise, tapi sunset di pantai ini juga masih bagus untuk dinikmati. Berhubung jalur menuju jalan raya lumayan jauh dan gelap, kita memutuskan kembali ke hotel sebelum matahari benar benar tenggelam.

Malamnya kita pergi ke Sapentana Resto, kayaknya sih ini satu satu nya restoran laut yang ada di Sangkapura, salah satu dari 2 kecamatan di Pulau Bawean. Sayangnya beberapa menu sudah habis. Tapi kita masih kebagian untuk makan ikan. Ikan ayam ayam yang dibakar dan satu porsi cumi asam manis, ditambah 2 es kelapa muda jumbo dengan total harga Rp 100.000. Hm nikmaaatt

Kita duduk di atas bangunan dari bambu, diatas laut yang berdekatan dengan pelabuhan Ferry Bawean. Walaupun agak gelap dan remang-remang, tapi suasana cukup rame, apalagi lagi ada lomba Volley yang suara komentatornya sampai ke restauran hehe. Sayangnya langit cukup kosong, nggak ada bintang bintang di langit.

Selesai makan kita menuju Alun alun, melewati keramaian acara lomba Voli yang cukup meriah. Banyak warung warung berjualan dipinggir jalan. Rata rata jalanan terutama jalan lingkar bawean ini adalah paving blok, jadi serasa naik motor di perumahan alih alih dijalanan besar hihi.

Alun alun Sangkapura nggak terlalu ramai, kebanyakan jualan makanan dan ada ATM Bank BRI dan Bank Jatim. Karna nggak ada yang dituju, kita memutuskan balik ke hotel.

Hari Kedua

Tanjung Ghe'en

Hari kedua di Sangkapura di sambut dengan cuaca berangin dan matahari yang tertutup awan. Pagi ini kita jalan jalan ke Pelabuhan Ikan dan Pelabuhan Ferry, pulangnya mampir ke toko Bawean Tourism. Bercengkrama dengan Mbak Yana sambil spill spill informasi tentang Bawean. Infonya kalau mau ke Kastoba lebih baik lewat jalur lingkar sampai kecamatan tambak sebelum masuk ke area jalur perkampungan. Karena kalau mengikuti arah google maps, diarahinnya lewat tengah pulau yang bikin banyak orang nyasar lewat perkampungan. 

Dari Mbak Yana pula, terbayarkan rasa penasaran kenapa banyak logat Melayu di Bawean. Dahulu banyak penduduk Bawean merantau ke Malaysia. Sampai akhirnya anak cucu banyak yang pulang kampung ke Bawean. Itulah kenapa ada orang Melayu atau penduduk logat melayu di Bawean. 

Setelah banyak bercerita kita balik dari toko yang nggak begitu jauh dari hotel, gerimis mulai turun dan hujan turun lumayan deres saat sampai hotel.

Padahal beberapa hari ke belakang, hujan nggak pernah turun di Bawean.

Sampai dihotel, kita sarapan nasi box dari hotel sambil menunggu hujan reda. Sekitar jam 9 pagi hujan baru mereda tapi awan masih gelap berhembus dari arah Timur ke Barat. Rencana hari kedua adalah ke penangkaran rusa di Dusun Tampo.

Berbekal bismillah dan mengejar waktu shalat Jum'at kita berangkat ke arah Barat. Setelah masuk ke jalanan kecil dari jalan lingkar Bawean, hujan mulai turun dan kita memutuskan berteduh di salah satu Masjid terdekat. Selama di Bawean, banyak masjid besar dan bagus. Bahkan sampai masuk ke dalam desa desa masjid gampang ditemukan. Setelah mereda kita mengikuti arah googlemaps menuju atas bukit. Sayangnya kita kehilangan jejak dan salah jalan karna di google maps nggak mendeteksi jalur roda 2 menuju ke lokasi penangkaran.

Beruntungnya ada bapak bapak yang mengantar kita berteduh kerumahnya dan ngasih tau rute ke pintu masuk area hutan lindung. Tapi sayangnya info yang di dapat, rusa rusa dipenangkaran udah nggak ada karna beberapa mati dan kabur karena gempa bulan lalu. Karna penasaran, dengan jas hujan sekali pakai kita masuk ke area hutan lindung. Beberapa meter masuk, jalanan yang cuma bisa diakses roda 2 ini semakin nanjak, licin dan rapat dari ranting ranting yang menjulur ke jalan, pertanda jalan yang sudah jarang di lalui orang / kendaraan.

Karena hujan dan waktu shalat Jum'at mau tiba, kita memutuskan putar balik dan kembali ke Masjid terdekat. Next time mungkin kita bisa naik ke sana atau ke penangkaran rusa di dekat pantai Mombhul, timur pulau Bawean.

Niatnya sih dari penangkaran rusa langsung ke pantai Somor - somor, tapi karna baju basah dan belum makan siang, kita ke area kota dulu cari makan baru lanjut ke Pantai somor - somor untuk berburu sunset di Tanjung Ghe'en.

Pantai Somor-somor letaknya di Barat Pulau Bawean, sebuah pantai nelayan dibalik bukit. Jaraknya 10km dari Hotel Miranda. Aksesnya cukup menantang setelah masuk dari jalan lingkar Bawean. Jalur curam menanjak dengan akses motor/1 mobil. Kalau ada mobil papasan, salah satu harus mengalah.

Jalurnya variatif, melewati beberapa desa dan di pisah oleh hutan. Untungnya ada salah 1 warga yang searah dipertengahan jalan, sebelum berpisah karna mereka sudah sampai tujuan, mereka memberikan petunjuk arah ke kita untuk mengikuti jalan utama.

Setelah berkendara selama hampir 40 menit dan beberapa kali ragu akhirnya terlihat juga pantai dari kejauhan. Dan saat itu juga ketemulah dengan Bapak Rasad. Kita udah janjian untuk diantar naik kapal ke Tanjung Ghe'en. Kalau mau ke Tanjung Gheen akses yang mudah ya naik perahu dari Pantai Somor Somor karena akses darat ke Tanjung Ghe'en katanya cukup ekstrim.

[note : akses lainnya bisa naik kapal dari pelabuhan sangkapura, kalau dari web bawean tourism, kapal dari sangkapura menuju tanjung ghe'en dan pulau Cina di kenai harga 700k. Tapi kalau mau menikmati tantangan perjalanan darat bisa naik dari pantai somor somor dengan biaya 200K]

Pak Rasad juga melayani penyeberangan sampai ke Pulau Cina dan menyediakan alat snorkeling. Kalian bisa hubungi bapaknya di Nomor di bawah ini. Pelayanan bintang 5 pokoknya si bapak mah.

Kita sampai di Pantai Somor Somor jam 2 siang, cuaca mendung tapi angin tak terlalu kencang. Tidak ada cahaya matahari. Kata Pak Rasad sih aman aman saja untuk berlayar. Jadi setelah kita main main di pantai untuk cek ombak kita putuskan untuk berangkat.

Langit memang mendung dari bibir pantai ke arah Barat dan Utara, tapi di sebelah Timur, awan terlihat sedikit biru dan tenang.

Pak Rasad meminggirkan perahunya dan kita naik ke atas. Kapal ini dilengkapi dengan pelampung dan alat snorkeling, jadi insyaAllah semua aman. Pak Rasad mengajak kita untuk naik ke atas bukit karang dulu, naik dari bibir pantai Tanjung Ghe'en dengan akses karang - karang yang tajam. Pastikan kalian pakai sepatu yang safety atau sandal dengan grip yang oke karna jalurnya melewati karang karang tajam. Pak Rasad sendiri menawarkan untuk mengantar dan menemani sampai ke atas karang.

Dari atas karang, ada 2 karang bolong yang memperlihatkan air hijau kebiruan dari bawah. Di atas tebing ini juga ada spot Cliff Jumping untuk menguji adrenalin. Sayangnya sih aku terlalu takut untuk lompat dari ketnggian, jadi mari kita nikmati lautan tanjung Ghe'en yang tenang ini.

Puas menikmati dari atas karang dengan cuaca yang lebih bersahabat, kita turun lagi ke pantai untuk menuju spot snorkeling. Karang-karang disini tak terlalu variatif tapi cukup bagus. Beberapa kali kita juga lihat ikan terbang didepan kapal.

Selesai snorkeling, kita diajak mengelilingi Tanjung Ghe'en, dimana kita bisa naik ke atas karang dengan akses yang lebih enak karna ada tangga menuju ke atas. 


Disini kita juga bisa berenang renang santai. Tapi kita memilih untuk mengelilingi sepanjang tebing karang karena waktu sudah semakin sore. Mungkin lain kali bisa kesini lagi agak siang dengan cuaca yang cerah sambil snorkeling dan berenang di balik tebing.

Saat perjalanan kembali ke Pantai Somor-Somor, sunset sudah mulai terlihat tapi nggak begitu jelas karna tertutup awan. Tanjung Ghe'en adalah salah satu spot terbaik untuk melihat sunset di Pulau Bawean. Jadi beruntungnya kita karna cuaca lebih cerah dibanding tadi siang saat kita datang.

Mendekati di somor - somor, ada spot snorkeling lagi, banyak ikan jenis Blue Tang, sejenis ikan Dori di film Finding Nemo, berenang kesana kemari. Tapi karna sudah semakin sore kita memilih untuk nggak turun dan balik ke bibir pantai. Pak Rasad menawarkan diri untuk mengantar kita sampai ke jalan lingkar Bawean karna tau kita nggak berani untuk jalan sendiri melewati hutan hutan. Bersyukurnya kita karna sudah berapa orang baik yang kita temui selama di sini. Jarak dari rumah pak Rasad ke lingkar bawean sekitar 5km, tapi rasanya jauh banget karna faktor medan jalan.

Sampai di pintu lingkar Bawean, kita berpamitan ke pak Rasad, beberapa kali mengucapkan terimakasih sudah di antar dan berharap bisa datang ke sini lagi. 

Hari ke tiga

Pulau Gili, Pulau Noko dan Noko Selayar

Dari semalam sudah memantau BMKG untuk cuaca hari ini, berubah rubah tiap saat tapi langit tampak cerah saat kita membuka pintu kamar hotel. Tanpa lama-lama kita mampir dulu ke Toko Bawean Tourism untuk beli oleh-oleh sebelum berangkat ke Pelabuhan Apung.

Tujuan kita hari ini adalah hoping island di Pulau Noko, Pulau Gili dan Noko Selayar. Perjalanan hoping island kita akan di temani Pak Jaka. Contact Mas Jaka : 081357433886. Bisa lihat di catalog WA business nya.

Pulau Gili adalah pulau berpenghuni di sebelah Timur Pulau Bawean, disebelahnya ada sebuah pulau tak berpenghuni dengan tumbuhan cemara udang di tengah tengah pulau. Pasirnya nampak halus dan biru tosca, diantara pulau ini ada pasir timbul yang muncul saat air mulai surut, menghubungkan pulau Noko dan pulau Gili.

Dari Hotel Miranda, perjalanan dimulai dari Pelabuhan Apung Pamona. Sampai di pelabuhan motor di taruh disisi pinggir pelabuhan. Aman cuma ya resiko terpapar udara dan air laut. Sinyal disini juga bagus, IM3, telkomsel lancar jaya. Tujuan pertama kita adalah ke Pulau Noko. Perjalanan laut dari pelabuhan Pamona nggak terlalu jauh, di pulau ini kita bisa bermain air, mainan pasir, berenang atau hanya duduk menikmati ketenangan pulau di pinggir pantai sambil menikmati kelapa muda. Menuju siang, beberapa pedagang datang dari pulau Gili, wisatawan juga mulai berdatangan. Tapi pulau ini nggak begitu ramai, pinggir pulau juga termasuk bersih, walaupun ada beberapa sampah bawaan dari laut.

Ada beberapa fasilitas di Pulau Noko, ada bangunan permanen seperti gazebo untuk berteduh dan duduk, ada beberapa warung, mushala dan toilet. Di Pulau ini juga bisa digunakan untuk berkemah dan bakar bakar ikan. Masuk ke pulau Noko di kenai retribusi kebersihan 3.000/orang. 

Kami menikmati pulau dengan santai sampai jam 1 siang sebelum akhirnya meminta pak Jaka untuk diantar ke Pulau Gili untuk makan siang. Di pulau Gili ada sebuah warung makan di pinggiran pulau, tidak jauh dari dermaga. Turun dari dermaga, jalan kaki bentar ke kanan, maka akan terlihat warung makan berwarna hijau. 

Kebetulan saat kita kesana, sedang ada rombongan tour yang jumlahnya cukup banyak, jadi tidak ada tempat untuk duduk di dalam warung. Jadilah kita duduk bareng Mak Siti di halaman belakang di bawah pohon kelapa. Mak Siti adalah penduduk asli pulau Gili dan pemilik warung makan ini. Kebetulan ada lobster yang masih fresh di taruh di air laut depan warung makan. Harga lobster 350K/kg, jasa masak 50K. Nggak perlu waktu lama untuk menunggu semua masakan matang. Kita makan di atas papan kayu dibawah pohon kelapa sambil menikmati ikan laut dan kelapa muda dengan angin sepoi sepoi. Dengan 400gr lobster, 1 ekor ikan kerapu, nasi sepuasnya dan 2 kelapa muda kita cuma habis 180.000. 

[Contact WA Mak Siti : 081331732468. Nomor ini bisa dihubungi by WA kalau kalian mau pesan makan] 

Makan siang hari itu nikmat banget sambil ditemani mak Siti, pemilik warung makan. Cerita kesana kemari sampai nggak kerasa udah jam 2 siang dan kita harus ke spot snorkeling sebelum kesorean.

Betul aja, saat kita berdua sampai di spot snorkeling, semua kapal sudah beranjak dari aktifitasnya dan tersisa kita berdua menikmati bawah laut Pulau Gili. Kebanyakan adalah ikan kakaktua, ikan berwarna biru dengan  garis garis hitam di punggungnya. Karangnya juga terawat karna kapal kapal juga tidak menurunkan jangkar saat disini. Ada banyak ikan dan kita ketemu dengan bintang laut di dasar laut.

Sayangnya ombak cukup kencang yang bikin kita terbawa arus ke arah utara. Nggak terasa makin sore kita harus segera ke Noko Selayar karna perjalanan cukup jauh, sekitar 30 menit naik kapal motor. Karna kapal yang kita naikki kapal kecil, jadi kita bisa menyintas jalur melewati lautan yang dangkal.

Sampai di Noko Selayar, matahari mulai turun di balik pulau Selayar. Noko selayar ini adalah pasir yang timbul saat laut surut di sebelah timur pulau Selayar. Setengah jam menikmati sunset di pulau ini, lagi lagi kita jadi penghuni terakhir dan harus meninggalkan Noko Selayar.

Laut sudah gelap saat kita kembali ke Pelabuhan Apung, Mas Jaka harus memutar kapal karna air semakin surut dan kapal tidak bisa melewati jalur saat kita tadi berangkat.

Menariknya, kapal kecil ini punya lampu sorot dan lampu kapal yang otomatis menyala saat gelap. dan Mas Jaka pakai gps untuk mengarahkan kapalnya. 

Kita sampai di pelabuhan Apung jam 6 sore, bintang bintang bersinar terang karena minim polusi cahaya di sini. Sampai di pelabuhan apung kita disambut Pak Sarol, salah satu guide di Bawean. Kita nggak pakai jasanya, tapi kalau kalian butuh, bisa hubungi pak Sarol untuk menemani keliling Bawean ataupun antar jemput.

Dari pelabuhan Apung kita bisa bersih bersih di sebuah rumah dekat dermaga. Perjalanan menuju hotel melewati jalur lingkar Bawean. Walaupun sepi, tapi naik motor di Bawean sangat aman ya. Ya lebih ke horor aja sih untuk kita yang penakut ini hihi.

Hari ketiga ini di tutup dengan makan bakso ikan di dekat tugu titik nol. Yaa rasanya gitu - gitu aja sih. 

Kok nggak kerasa besok pagi kita udah balik lagi ke Surabaya.

Hari ke Empat

Kapal Bahari Express berangkat jam 9 pagi dari pelabuhan Bawean. Jangan lupa cetak tiket dulu di bangunan belakang ATM Bank Jatim dan jangan lupa siapkan KTP. Pemeriksaan tiket sampai ke kapal berjarak 500 meter, nggak kerasa karna sambil menikmati laut bawean.

Cuaca pagi itu cerah walaupun sempat gerimis. Ombak di pelabuhan cukup kerasa saat kita naik ke kapal. Kapal yang digunakan juga lebih kecil dari kita berangkat. Kali ini kita naik di kelas VIP. Kapal yang dinaiki lebih kecil dari kemarin, kelas VIP ada di deck atas, area kaki lebih luas dan lega, ada TV gede banget di bagian depan tapi ya ujung2nya dinyalain nya lirik lagu. Saran sih jangan duduk depan TV karna deket banget kursi sama TV nya hehe. Ruang VIP juga nggak gede jadi jumlahnya terbatas. Karna di bagian atas menurut pengalaman nggak terlalu bikin pusing. Berbekal pengalaman, jangan lupa minum antimo biar nggak mabuk laut. hihi. Yang pusing dan pengen ngerokok2 juga bisa duduk diluar, di deck belakang.

Sekian perjalanan selama 4 hari 3 malam di Bawean, liburan yang chill dan menyenangkan. Tidak terlalu ramai, bahkan tergolong sepi untuk kondisi long weekend. Sayangnya belum semua tempat wisata bisa di kunjungi. Selain faktor waktu, cuaca juga jadi kendala.

Semoga lain kali bisa berkunjung ke Bawean lagi sambil menikmati lobster buatan Mak Siti di Pulau Gili. hihi


_____________

-------------------

Credit photo : [IG @fitrimeirianti @rockyoi_]

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Magang di Bappenas (2016)

Trail Running Gunung Gede

itinerary perjalanan Tana Toraja [Day 2]