Trail Running Gunung Lawu Via Cemoro Sewu 2022

Ini sebenernya adalah sebuat cerita perjalanan menggapai gunung lawu dengan trail running. Nah disini aku pengen berbagi pengalaman yang pertama kali aku rasakan, dan jadi pembelajaran untuk kegiatan trail run ku selanjutnya.

Perjalanan dimulai dari Solo. Kami ber delapan memakai mobil memulai perjalanan dari kota Solo menuju pos pendakian Cemoro Sewu di gunung Lawu yang udah masuk wilayah jawa timur.

Berhubung sampai di basecamp jam 11 malam dan basecamp pos cemoro sewu itu cuma 1 dan kecil, beberapa dari kita tidur didalam mobil dan masjid yang ada diseberang basecamp.

Tapi kalau mau tidur dimasjid cuma bisa di teras karena pintu masjid di kunci. Bisa siap siap bawa sleeping bag atau pinjam tikar ke warung sekitar.

Pagi harinya, kami mencari sarapan di warung yang udah buka, sembari mencharge hape dan berdiskusi. Singkat cerita kami akan naik jam 8 pagi dengan jalur naik cemoro sewu dan jalur turun cemoro kandang. Karna speed jalan masing masing orang berbeda, kita sepakat untuk ketemu di warung Mbok Yem. Salahnya disini adalah, aku lupa tanya apakah kita ketemu di mbok yem setelah naik dari puncak atau sebelum ke puncak. Karena kalau kita langsung naik kepuncak dari percabangan jalur terakhir, maka kita nggak akan ngelewatin mbok Yem.

Jalur gunung lawu punya banyak percabangan.

Sesuai jadwal setelah pemanasan singkat kita mulai jalan dari pos pendakian, dimulai dengan jalur setapak diarea camping, kami akan ngelewati sebuah makam disisi jalur. setelah itu mayoritas jalur menuju pos 1 adalah jalur makadam. Jarak dari pos pendakian ke pos 1 sekitar 55 menit. Disini aku jalan dengan empat orang karena satu orang udah duluan ke atas dan 3 orang masih ada dibelakang.


Karena di pos 1 cuma berupa bangunan kita lanjut jalan ke pos 2 (watu gedek). Jalur ke pos 2 masih dipenuhi bebatuan dan tangga, sesekali masuk ke dalam hutan. Karna jalurnya mulai runable, kita mulai kepisah, termasuk aku. Satu temanku sudah ada didepan, sedangkan dua temanku masih di belakang. Sampai di pos 2 aku berhenti untuk menunggu temen temen yang dibelakang, beberapa menit nggak keliatan, aku memutuskan untuk mengejar temanku yang ada didepan, nggak lupa titip salam ke pendaki yang lagi istirahat buat dua temanku dibelakang. Aku memutuskan untuk lanjut naik dan berniat nunggu di pos 3.

Rute dari pos 2 ke pos 3 aku tempuh kurang lebih 20 menit sambil sesekal menengok ke belakang. Di pos 3 Manis rejo ada warung buka dan ketemu 2 pendaki yang lagi istirahat. Duduk sebentar sambil memakan camilan, aku memutuskan lanjut jalan lagi karena teman teman ku dibalakang tak kunjung datang. Aku titip salam ke pendaki lagi untuk sampaikan salam ke temen dibawah kalau aku akan nunggu di pos 4 aja.

Ternyata keputusan untuk nunggu di pos 4 adalah sebuah kesalahan. Dijalur dari pos 3 menuju pos 4 memang udah di wanti sama pendaki yang turun kalau jalur di pos 4 longsor jadi diminta ikut turun aja. Dan bener aja jalur longsornya cukup parah dan panjang. Jalur terbuka yang nggak mungkin bisa berhenti ditambah cuaca yang mulanya cerah berubah hujan dan turun kabut plus angin. Sambil merangkak pelan tapi pasti, aku meneguhkan hati untuk tetep jalan dengan hati-hati daripada menunggu ditengah angin yang mulai kencang.

Setelah melewati rute dan cuaca yang challenging, akhirnya tiba diujung jalur yang mulai jelas. Dibalik tikungan tiba tiba ada bapak bapak pendaki yang turun ke bawah. Rasanya seneng aja ketemu sama orang walau cuma 1 orang. Bapak itu bilang kalau ada temen 1 orang titip salam dan menunggu di Sendang drajat. Itu artinya bentar lagi pos 5.

Kabut masih tebal dan gerimis makin deras. Beberapa menit berjalan akhirnya sampai di pos 5. di pos ini ada 1 warung yang buka. Entah kenapa masih kepikiran untuk ngejar temen didepan karna ngerasa bentar lagi deket. Di tengah angin hujan akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Sendang Drajat. 

Sampai di sendang drajat gerimis mulai berkurang, tapi tidak ada satupun orang disini. di Sendang drajat juga ada bangunan semi permanan yang biasa dibuka menjadi warung, tapi karena tidak weekend jadi warung ini tutup. Aku sempat menulis diatas tanah menggunakan batu, tapi sepertinya sia sia hehe.

Karena sepi aku melanjutkan perjalanan ke pertigaan puncak dan warung mbok yem. Sempat ragu mau naik atau ke warung mbok yem. Aku memilih lanjut ke warung mbok yem, tapi baru beberapa menit berjalan aku berhenti dan putar balik sedikit berlari ke arah sendang drajat.

Niat hati mungkin temen temen udah ke puncak akan langsung turun ke sendang drajat, jadi aku bisa ketemu. pemikiran ke dua, kalau aku ke mbok yem, mungkin aku nggak ketemu sama temen temen yang dibelakang karena mereka langsung ke puncak.

Duduk di kursi kayu sebelah sendang drajat di teras warung yang tutup, aku ditemani sama kucing penghuni lawu. Sambil bermain main dengan kucing aku membongkar vest yang kubawa, mengulik logistik apa saja yang aku bawa, setidaknya aku membawa barang barang untuk bertahan hidup. Aku duduk termenung mengamati sekitar, cuaca gunung lawu yang mendadak cerah membuatku sedikit mengantuk. tapi terlalu takut kalau tiba tiba terbangun udah pindah posisi haha

Sekitar sejam menunggu di sendang drajat, tidak ada satupun manusia yang lewat. Aku mulai gelisah dan memutuskan untuk ke warung mbok yem. setidaknya disana ada mbok yem dan berharap ada pendaki lain yang sedang beristirahat.

Sampai di warung mbok yem, ketemu 4 trail runner yang memang mau turun. Cuaca berubah menjadi gelap lagi, hujan cukup deras. ternyata temen temenku tidak ada yang ke mbok yem. Dalam hati sebenarnya cukup gelisah, ternyata lari digunung memang harus mengasah mental, mengingat rute di pos 4 dan harus jalan sendiri aku cukup was was.

Aku mengambil beberapa gorengan dan duduk di warung, sambil menunggu hujan aku shalat di mbok yem, berharap ada notif di hape dan mendapat kabar dari temen temen, ternyata tidak ada.

Setengah jam ada di warung mbok yem, ditengah hujan yang sebentar reda sebentar deras, aku mengamati puncak yang tinggal beberapa meter lagi. Tidak ada tanda tanda manusia turun dari sana.

Masih ingat kan kalau rencana awal kita akan lintas jalur di cemoro sewu dan bertemu di warung mbok yem? Itu yang membuatku ragu untuk ikut turun lagi lewat cemoro sewu. 

Gimana kalau temen temen pada nunggu di puncak?

Gimana kalau mereka ternyata turun di cemoro sewu?

Tapi akhirnya aku memutuskan turun bersama 4 trail runner yang turun ke cemoro sewu dengan hati yang lebih tenang. Beberapa meter berjalan meninggalkan warung mbok yem, kita bertemu pendaki yang habis turun dari puncak dan dibelakang disusul sama mas Salam alias rombonganku yang belakang !

Ternyata mas salam meninggalkan mas imam di pos 5 yang nggak bisa lanjut jalan karena mabok gunung. Mas Salam juga ternyata nyari aku sampai di puncak. tapi karna di puncak cuaca buruk dan nggak ada orang, dia turun lagi ke arah mbok yem.

Such a challenging experience. Akhirnya aku ketemu sama temen temen ku yang lain dan kita turun kebawah. Cuaca mulai terang dan kita sampai di pos pendakian sekitar jam 4 sore. Ini kedua kalinya aku ke gunung lawu via cemoro sewu. Aku masih yakin untuk berjalan sendiri karna udah tau rute. Tapi paling penting jangan lupa koordinasi dan komunikasi harus lebih jelas. Karna kalau koordinasinya jelas aku nggak akan selama itu menunggu di Sendang Drajat sambil terkantuk kantuk. Apalagi berlari di gunung ketinggian 3000 an mdpl, pastikan perlengkapan trail run kalian lengkap karena cuaca di gunung itu sungguh tidak terprediksi. Sebentar hujan sebentar panas. Paling tidak menghindari resiko yang tidak diinginkan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Magang di Bappenas (2016)

Trail Running Gunung Gede

itinerary perjalanan Tana Toraja [Day 2]