Trail Run Gunung Batok, Bromo

Gunung Batok, Bromo, 2440 mdpl

Suara mesin mobil terasa berat saat mobil mulai memasuki Desa Sapikerep, Probolinggo. Perjalanan menempuh waktu kurang lebih 3 jam via tol dari Surabaya ke Cemorolawang.  Keluar dari pintu Tol Tongas, rute akan terus menanjak naik sempit dan berliku sampai ke Cemorolawang, pemberhentian terakhir sebelum memulai pendakian Gunung Batok. Walau cuaca keliatan terik dari dalam mobil, tapi serasa dingin kayak nyalain AC kalau pintu di buka. Memasuki kawasan wisata Bromo, mobil berhenti untuk mengurus retribusi kendaraan.

Jam 11 siang kita sampai di halaman Villa Fan Family Homestay. Letaknya hanya sekitar 200 meter dari pos retribusi kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) via Probolinggo.  Masing-masing vila punya 2 kamar, satu ruang tamu, satu ruang TV, dapur dan satu kamar mandi. Air panas juga tersedia tapi cuma tersedia menjelang malam hari. Semua ruangan tanpa AC tapi lantai vila terasa dingin walau cuaca di luar panas.


Kami sewa 3 vila dengan kapasitas 1 villa untuk 5 - 6 orang. 2 Vila di lantai atas dan 1 Vila di lantai bawah. Masing masing Vila berisi 2 kamar dengan 1 extra bed. Menurutku masih bisa di isi sampai 8 orang sih. Karna cek in hotel baru bisa jam 1 siang, beberapa dari kami mencari makan siang sekitaran Vila. Beberapa tempat makan masih tutup karna mereka rata rata buka dari malam hari sampai dini hari. Tapi beberapa warung masih buka dengan beragam menu. Depan Vila kami pun berderet ruko makanan dan warung kelontong. 
Ada pedagang bakso, sate dan makanan lain yang mangkal didepan Vila. Soal harga rata rata makanan berat kayak soto, bakso, sate, nasi goreng ada dikisaran 20.000 - 25.000. Untuk rasa lumayan ya dan tergantung selera. Harga air mineral ukuran 1.5 liter air juga kisaran 7.000 - 10.000.  

Selesai makan siang dan cek in di masing masing Vila, sabtu ini kita akan mulai pemanasan dengan mendaki Gunung Batok. Jam 2 kurang mas Juprit udah sampai di Vila kita. Mas Juprit ini guide kita selama 2 hari ke depan sekaligus warga lokal disini. Pendakian akan dimulai jam 2 siang untuk mengejar waktu biar balik ke Vila nggak terlalu malam. 

Kalau ada yang belum tau gunung Batok itu dimana, gunung ini masuk di kawasan lautan pasir gunung bromo. Bersebelahan dengan kawah gunung Bromo. Biasanya gunung ini cuma jadi backkground foto saat wisata ke Bromo. Aku pun ngira kalau gunung ini nggak bisa di daki, ternyata bisa. 

Wisata bromo sendiri punya 4 pintu masuk, dari Kabupaten Malang, Lumajang, Pasuruan dan Kabupaten Probolinggo. Kita memilih masuk lewat pintu Probolinggo. Tiket masuknya sama kayak wisata ke area Bromo, booking online di https://bookingbromo.bromotenggersemeru.org. Sampai pintu masuk tinggal tukar form booking online dengan tiket masuk. 

Dari Vila, kita naik melewati pos masuk retribusi kemudian turun ke area lautan pasir Bromo. Rute ini masih beraspal dan kendaraan roda 4 selain jeep dilarang masuk ke kawasan lautan pasir. View lautan pasir dengan kawah bromo dan gunung batok membentang di sisi kanan perjalanan awal kita. Di ujung jalanan aspal ada percabangan jalanan berpasir, ujung jalan bercabang ini sama sama berujung dilautan pasir. Jaraknya aja yang memutar. Kita juga bertemu dengan warga lokal duduk-duduk dibawah pohon dipinggiran lautan pasir, menawari kita untuk menggunakan jasa ojek. 

Semakin menuju tengah lautan pasir, jalan semakin berat. Selain pasir yang halus dan dalam, angin juga bertiup cukup kencang. Pasir pun sedikit demi sedikit masuk ke dalam sepatu. Tujuan kita adalah Pura Luhur Poten Bromo Ngadisari, tempat sembahyang terbesar di kawasan Bromo.

Pintu pendakian Gunung Batok nggak jauh dari Pura. Selain itu ada banyak warung yang berjejer di sekitar pintu masuk gunung Batok dan ada 2 kamar mandi dengan bangunan permanen berdiri di sisi kanan. 

Gunung Batok adalah gunung api tidak aktif dan mempunyai elevasi 252m dengan grade26%. Grade ini cukup curam karena diatas 25%. Di awal pendakian kita sudah disambut dengan rute menanjak dengan tanaman pakis dan cantigi (kalau nggak salah :)). Rute pendakian juga masih rapat dengan pohon tinggi dikanan kiri, jalur langsung berdebu begitu kita menginjakkan kaki.  Baru 5 menit berjalan kita sampai dipunggungan gunung dan bisa melihat lanscape kawah bromo dan pegunungan Widodaren yang memanjang sepanjang rute pendakian. 

Sekitar 20 menit perjalanan, rute semakin terbuka dengan tumbuhan ilalang pendek mendominasi rute pendakian. Semakin ke atas rute semakin terjal, licin, terbuka dan gembur. Pemandangan pun semakin terbuka, terlihat jelas kawah bromo di sisi kiri. sekali melangkah pasir halus yang di injak kan ikut meluruh. Membuat kepulan debu yang menyelimuti rute pendakian.

Mungkin karna sekarang berada di penghujung musim kemarau, treknya benar benar kering dengan dominasi tanah halus dan pasir. Tepian jalur yang jadi pegangan pun ikut longsor ketika di pegang. 

Setelah berjalan kurang lebih 1 jam 45 menit dari kaki gunung, akhirnya kita semua sampai di puncak Gunung Batok. Puncak gunung batok cukup luas, bahkan kayak lapangan sepak bola walaupun tanahnya nggak rata. Kita masih bisa berjalan ke arah barat untuk menikmati view lain. 

Saat aku kesana, nggak ada penanda puncak Batok. Tapi ada tugu di tengah tengah puncak. Karena mayoritas masyarakat Tengger memeluk agama hindu, jadi di beberapa tempat dikawasan Bromo banyak tugu tugu kecil dengan kain kuning dan sesajen di sekitarnya. Bentuknya mirip dengan di Bali, dimana orang Hindu menghaturkan sesaji saat sembahyang. Orang setempat menyebutnya punden. 

Berhubung dari siang langit tiba tiba mendung dan kita sudah cukup lama ada di puncak gunung, kita memutuskan untuk turun ke bawah tanpa menunggu sunset. Udara juga semakin dingin saat kita di puncak. Perjalanan turun ternyata tidak lebih mudah daripada saat naik. Pasir halus ditepian jurang membuat nyali ini menciut karna tidak ada pegangan. Pelan tapi pasti aku perlahan turun. Jadi tim penyapu bareng mas Rocky dan mas Hendra alias di belakang sendiri. Di depan ku ada Mba Ryne, Maktin dan yang lain. Sisanya sudah melaju kencang tidak terlihat. 

Menuju kaki gunung, kami sempat nyasar karena ada percabangan yang rancu, Sebenarnya nggak nyasar juga karna masih ada jalur sampai bawah walaupun harus harus menyingkap semak semak rapat. Tangan yang nggak pake sarung tangan pun sudah jadi korban keganasan tanah dan tanaman berduri. Udah bengkak juga karena terkena cuaca dingin Bromo. Sebelum meninggalkan gunung Batok kami sempat menengok ke belakang. 

Hm nggak nyangka tadi bisa ada di atas puncak itu!  

Kami akhirnya sampai dibawah bareng temen temen yang sampai duluan. Pendakian gunung Batok ditutup dengan menikmati sunset di area lautan pasir gunung Bromo sambil berjalan kembali ke Vila. Jarang banget kan jalan kaki di area Bromo saat malam. Sampai di area pemukiman hiruk pikuk wisata Bromo mulai terasa. Beberapa penjual sate, pentol dan makanan lain mangkal di sepanjang jalan. Cafe cafe dan warung yang tadinya tutup mulai ramai pengunjung.

Jadwal kita malam ini adalah bersih bersih, makan malam dan tidur. Karna besok pagi kita bakal memulai perjalanan lagi muterin area Bromo. See u guys

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengalaman Magang di Bappenas (2016)

Trail Running Gunung Gede

itinerary perjalanan Tana Toraja [Day 2]