itinerary perjalanan Tana Toraja [Day 2]
Day 1 : Makassar & Rammang-Rammang
Day 2
Sabtu, 15 September 2018
Perjalanan pertama kita adalah ke Kete Kesu. Sempat nyasar
dilokasi Kete Kesu lama, kita akhirnya make GPS alias gunakan penduduk sekitar
untuk menuju Kete Kesu yang ternyata ada ditengah tengah persawahan yang
keliatan dari jalan raya.
11.00
Akses dari jalan raya ke atas sebenernya alus dan jelas kok, cuma di seperempat perjalanan awal masuk ke jalan tikus sebelum tembus ke jalan beraspal.
Puas menikmati Kota Makale dari ketinggian, perjalanan ini harus diakhiri dan kembali lagi ke Rantepao. Lelah yang tadinya belum muncul sekarang mulai terasa di sisa perjalanan pulang. Setelah janjian sama PO bus untuk menjemput di pertigaan pertokoan kita ngembaliin motor dulu ke tempat rental. Lalu balik lagi ke rumah Bang Ryan untuk numpang mandi dan sekalian pamit.
Bus datang pukul 7.45 dan melaju meninggalkan Tana Toraja menuju Makassar selama 8 jam ke depan. Saatnya tidur dan meng-charge tenaga untuk perjalanan selanjutnya, Bulukumba.
Day 2
Sabtu, 15 September 2018
Sedikit membuka mata di dalam bus yang masih gelap, aku melihat bayang-bayang kabut dari balik jendela. Tanpa suara, bus terus
melaju dijalanan berliku yang menanjak sempit. Pukul 3 pagi, rasanya aku akan
kembali ke alam mimpi...
Bus sedang berhenti disamping bangunan saat aku
membuka mata. Kita sudah sampai Makale saat matahari perlahan naik dan suasana Tana Toraja mulai terlihat, banyak rumah beratap mirip tongkonan di sepanjang jalan. Aku sedikit menggeliat bersyukur malam tadi
bisa tidur nyenyak walaupun sempat terbangun dini hari. Bus terus melaju sambil
sesekali berhenti menurunkan penumpang. Karna kemageran yang haqiqi dan sok tau
nggak nanya bang Ryan untuk turun mana, kita jadi salah satu penumpang terakhir
yang turun di Pool Bus Litha, yang seharusnya kita turun di pertokoan Rante
Pao, sekitar 15 menit kebawah.
Karena masih cukup jauh, kita menyeberang jalan dan naik
angkot. Masih dengan setengah jiwa, kita jalan dari pertigaan pertokoan menuju
rumah Bang Ryan sesuai instruksi. Dan... Bang Ryan udah menyambut kita didepan
rumahnya yang sekaligus menjadi kantor agen travel bernama Celebes Travel.
Rumah itu nampak masih sepi karna masih pagi. Oiya, Bang Ryan itu kenalan kita
yang tadinya sebagai guide kita di Tana Toraja. Tapi karna suatu hal kita nggak
jadi make jasa Bang Ryan, tapi Bang Ryan dan keluarganya dengan baik hati
menampung kita untuk mandi dan nitip barang di rumahnnya. Bang Ryan bahkan
menunjukkan kita tempat dimana bisa sewa motor. Sebenernya ini nggak disengaja dan jadi pengalaman pertamaku nebeng dirumah orang yang belum kukenal. Ngomong-ngomong karna ini juga aku jadi tau ada komunitas coachsurfing.
09.00
Kelar mandi dan beres-beres, kita jalan kaki menuju rental
motor. Cukup tinggal 1 KTP dan 2 nomor handphone, 2 motor matic siap kita bawa
menjelajah Tana Toraja. Perjalanan pagi ini dimulai dengan mencicipi kuliner
disalah satu warung yang cukup tersohor dikalangan traveler, Warung Pong Bori.
Warung ini hampir nggak keliatan karna terlihat masih tutup dan karna sebuah proyek
agak menutup akses ke pintu warung. Makanan disini udah dicap halal, dan
masakannya enak. Tapi tidak kurekomendasikan makan bebek, hehehhee. Aku suka
sayurnya dan ikan pedas yang dipesan kakakku.
Kete Kesu |
Kete
kesu letaknya sekitar 5 km kalau dari Pertokoan Rantepao. Masih sekitar 1,5 km
kalau dari rumah tongkonan tua alias kete kesu lama. Dari pertokoan ambil arah ke
Selatan turun sampe pertigaan Patung Tedong Bonga (yang pertigaan ke makale)
ambil kiri ke jalan kete kesu. Ikuti arah terus sampe ngelewatin SMK N 1
SANGGALANGI masih lurus terus. Nggak nyampe 5 menit nanti dikanan jalan udah
keliatan bangunan adat Toraja ditengah-tengah sawah dari kejauhan. Kalau di
google maps itu keywordnya Esra Art Shop, letaknya dekat sama Gereja Jamaat
Rantetallang.
Harga masuk Kete Kesu 15k/orang. Tana Toraja juga punya aplikasi keren bernama Enjoy Toraja, coba download di store Android dan nikmati kemudahan wisata di Tana Toraja. Kita langsung menuju belakang halaman utama dimana sebuah wilayah makam berada. sebelum sampai di goa, sebelah kiri ada bangunan adat beserta Tau-tau didalam ruangan kaca. kita naik beberapa anak tangga di pinggiran tebing.
tangga menuju makam |
Walaupun wisata ke makam, jalan menaiki tangga sampai ke ujung gua tidak begitu menyeramkan, tapi tetep jaga kesopanan dan tata krama aja. Sepanjang jalan terlihat peti mati yang sudah rapuh termakan usia yang diletakkan di bawah sampai menggantung di tebing-tebing. Selama naik keatas kita nggak begitu banyak berpapasan dengan orang. Di ujung tangga ada sebuah gua tapi kita cuma ada dimulut gua lalu turun lagi kebawah.
Siang itu toko-toko souvenir berjajar menjual pernak pernik oleh-oleh khas tana toraja. aku sih cuma beli gantungan kunci aja hehehee. sampai di halaman rumah tongkonan, wisatawan mulai berdatangan, sebagian adalah wisatawan mancanegara yang sibuk diuber orang-orang lokal untuk diwawancarai, semacam tugas kampus mungkin? Sebagai wisatawan lokal kita juga nggak kalah eksis buat foto-foto dong haha.
Setelah makan bakso di pintu keluar - yang ternyata penjualnya adalah orang wonogiri - kami melanjutkan perjalanan ke Londa. Lagi lagi pake google maps, sebenernya sih mapsnya bener, cuma seharusnya ada pilihan jalan yang lebih baik dan lebih bagus dibandingkan lewat rumah-rumah warga, jalanan tak beraspal, tikungan tikungan tajam sampai area sawah-sawah. Nyampe sih tapi harus offroad dulu. Singkat cerita, perjalanan ini jadi kerasa "backpacker" banget.
Sekitar 45 menit perjalanan yang menguras tawa akhirnya nyampe juga didestinasi kedua, Londa. Masih sama, wisata makam juga. Tapi yang membuatku penasaran adalah cerita Romeo Juliet dan spot foto favorit wisatawan. Harga tiket di Londa 15K/orang dan seperti biasa nggak ada biaya parkir dan tukang parkir. Turun dari motor ada bapak-bapak yang langsung 'menggiring' kita ke dalam. Lah ini free nih? include bayar 15K tadi? ya enggak doonggggg hahah enak aja. Si bapak ni ngebet banget sambil bawa petromaks. Ternyata harga petromaksnya 50K.. hahhh mahal amaaat terakhir liat di blog orang 30K loh. Belum biaya guide nya. Ya karna lagi-lagi namanya backpakeran yaa semua hal jadi diperhitungkan hahahaha.
Dengan perlahan kita tolak si bapak tapi bapaknya ngikutin mulu. Beruntungnya ada wisatawan lain yang tiba-tiba ngajakin ngobrol eh nggak taunya orang Jawa juga. Pepet aja deh buat join masuk ke dalam gua, jadinya 1 guide itu buat ber lima.
tebing di Londa |
Londa adalah sebuah tebing yang digunakan untuk pemakaman warga keturunan asli Tana Toraja. Di tengah-tengah tebing yang menjulang tinggi terlihat tau-tau berjejer di dalam sebuah lubang tebing dan disebelahnya peti mati berjejer. Guide mengantarkan kita menuju ke dalam gua yang ada dibawah tebing. Gua ini punya 2 pintu yang sebenarnya saling terhubung, tapi untuk mencapainya harus merangkak. Di gua pertama inilah tengkorak dengan cerita Romeo Julietnya. Sedangkan di gua kedua, spot foto ini yang sering muncul di travel blog.
20 menit berkeliling gua kami akhirnya keluar dan cari mushola di Londa. Bersyukurnya masih ada mushola dibelakang toko souvenir di sebelah gereja. Selesai sholat, kami dan Mbak Nia-dan saudaranya-sama sama mengunjungi destinasi ketiga kita, Lemo. Dari pintu keluar Londa, belok kanan dan ikuti jalan sampai jalan raya, cepet nggak pake nyasar.
Dari
Londa ke Lemo itu sebenernya nggak begitu jauh sekitar 8-9 KM an lah, 20 menit
nyampe. Akses jalan sesuai sama google maps, pertigaan Shopping mall todi’s
shop belok kiri. Ikuti jalan aja ntar disambut sama patung sapi di parkiran
Lemo.
Dari parkiran tebing batu Lemo terlihat dari kejauhan di seberang persawahan. sebelum mencapainya kita akan melewati pertokoan souvenir dari kain tenun sampai patung tau-tau.
Karna lokasi Lemo ada diseberang persawahan dengan kondisi sepi dan kita agaknya mulai lelah kita cuma ngeliat Lemo dari kejauhan. Sebelum pulang jangan lupa beli kain tenun Toraja atau patung tau-tau dan hiasannya langsung dari pengrajinnya...
Satu hal yang lucu disini adalah aku nggak sengaja ngeliat kakek-kakek yang aku kira adalah tau-tau, ehm dosa nggak sih...
Tujuan terakhir hari ini adalah ke Patung Yesus Buntu Burake, letaknya masuk wilayah Makale, masih jauh ke bawah jadi kita lekas berangkat sebelum tambah sore. Perjalanan ini juga sama aja kayak dari Kete Kesu ke Londa, penuh dengan offroad dulu karna nyasar. Nggak nyasar sih, cuma pilihan jalannya kurang tepat (nyasar lagi nyasar lagi).
Akses dari jalan raya ke atas sebenernya alus dan jelas kok, cuma di seperempat perjalanan awal masuk ke jalan tikus sebelum tembus ke jalan beraspal.
jalan menuju Patung Yesus |
Dari kejauhan Patung Yesus sudah nampak dari kejauhan. Jalanan bakal naik terus sampai diujung, yah namanya diatas bukit kan ya... ditengah jalan sempet jalan pelan karna ada keramaian, kukira ada apa ternyata ada orang meninggal.
Beberapa ratus meter sebelum lokasi ada pos retribusi, tiap orang 10k/orang. dan jalanan bakal nanjak sampai parkiran yang belum berpaving/beraspal. Sebelum mencapai bawah patung, kita akan berjalan di jembatan penghubung parkiran dan halaman patung. Kebanyakan wisatawan duduk menghindari sengatan matahari dibawah patung dan yang lain menyebar mengelilingi patung. Hamparan perbukitan membentang memanjakan mata.
Patung Yesus menghadap kota Makale |
17.15
Selesai beres-beres kita pamit ke keluarga Bang Ryan sementara Bang Ryan sendiri belum pulang. Kita bawa barang-barang untuk cari makan di pertokoan. Kebetulan ada rumah makan bertuliskan Bismillah diseberang gang, jadi InsyaAllah halal mengingat mayoritas warga disini adalah non muslim. Eh pas kita mau nyebrang, Mbak Nia muncul dari belakang naik motor. Jadilah sore itu kita makan bareng sebelum berpisah walau sama-sama nanti malam bakal balik ke Makassar. Selesai makan mereka balik kepenginapan sementara kita jalan ke Masjid Agung Rantepao nggak jauh dari pertokoan.
Pengalaman yang belum pernah aku dapat lagi selama traveling adalah ditawarin warga lokal buat tidur dimasjid atas hehhe. waktu kita lagi duduk nunggu adzan diteras masjid ada ibu-ibu yang mau sholat nyamperin kita dan nanya-nanya dari mana mau kemana, sayangnya malam itu malam terakhir kita di Tana Toraja. Nggak kebayang kan kalau nerima tawaran itu hahaha
Pengalaman yang belum pernah aku dapat lagi selama traveling adalah ditawarin warga lokal buat tidur dimasjid atas hehhe. waktu kita lagi duduk nunggu adzan diteras masjid ada ibu-ibu yang mau sholat nyamperin kita dan nanya-nanya dari mana mau kemana, sayangnya malam itu malam terakhir kita di Tana Toraja. Nggak kebayang kan kalau nerima tawaran itu hahaha
19.30
Janjian sama PO bus jam setengah 8 harus udah stand by didepan toko Cahaya pertigaan pertokoan, udah 2 kali ditelfon dari sono tapi kita masih dimasjid karena belum selesai sholat. Nggak mau ketinggalan bus kita pergi sambil lari-lari kecil macem ngejar penerbangan hahaa. Bersyukurnya bus belum datang dan bakalan ditelfon lagi kalau udah deket. Nekat dong kita nyebrang lagi ke pertokoan buat beli makanan oleh-oleh Tana Toraja. Backpakeran itu nggak seru kalau nggak pake deg-deg an kan ya hmmm
Pertigaan pertokoan rantepao disiang hari |
Komentar
Posting Komentar