someday, we have to let go
Malam ini langit bertabur ribuan bintang dari tepi Danau. tidak pernah terbayang sebelumnya kalau akhirnya ini bukan hanya mimpi, bukan hanya ilusi. Penantian panjang berada di puncak tertinggi pulau Jawa telah usai tadi kemarin siang. Dan sekarang aku menikmati sisa sisa kenangan manis di Danau dengan segala pesonanya.
Dion duduk didepanku dengan menggelar matras lalu tidur diatasnya. “Nggak kerasa ya Re, besok kita udah pulang lagi”
Seperti ada sesuatu saat Dion mengatakan itu, namun aku tak melihat wajahnya. “aku juga ngga percaya, seakan cepet banget”
“Bakal kangen ...”
“Aku juga” ucapku, “apalagi sama kamu”
...............
Dengan samar samar dapat ku lihat jika Dion dengan perlahan merubah posisinya, duduk bersila di depanku. “Sama aku?”
Aku seakan mati rasa di tatap sepasang mata itu, dengan perlahan ku balik menatapnya. Sedikit remang dibawah sinar bulan dan bintang. Tak ada yang bisa aku jelaskan saat dia menatapku, “Ngga apa apa Yon, aku Cuma kangen suasana ini. Ngga kerasa akhirnya kita bisa naik bareng dan duduk disini... sebelum aku pergi”
Dion menunduk, malam itu seakan menjadi sedikit lebih panjang. Aku yang sedari tadi menahan nafas perlahan mulai rileks dan menatap ke tempat yang lain. Tanpa ku sadari Dion sedang sibuk menuangkan teh panas dari termos ke dalam cangkir, mendekat dan memberikannya padaku “Minum Re, biar anget”
Aku menerimanya “makasih”. “Yon, mungkin aku salah, mungkin kita ngga akan bisa bareng, tapi aku nggak bisa lepas dari kamu” ungkapku lagi.
Dion masih diam, tidak merespon. “kalau kamu ngga bisa temenan sama aku, boleh kok, kita usah ketemu lagi” aku merepet lagi.
"ngga seru lagi kalau ngga ada suara cerewet ini” aku menoleh ke arahnya, “Yon, aku nggak bermaksud untuk buat kamu nunggu atau apalah itu, tapi emang aku ...”
“Ngga apa apa Re...mungkin aku juga yang salah”
“Kita sama sama salah, mungkin”ralatku cepat.
Kita berdua duduk dalam pikiran kalut masing masing. Tanpa sadar ada seseorang dikejauhan yang memperhatikan kita. “Setelah ini, turun dari sini... bisakah kita masih seperti biasanya?”
“Aku selalu nggak bisa ngomong kalau didepan kamu Re, rasanya aneh kalau ketemu kamu ....”
Dion menerawang, sungguh aku selalu tidak suka dengan raut sedihnya, aku lebih suka dengan senyumnya. “mungkin kita harus mengurangi intensitas ketemu kita”
mata ku sedikit menyipit menoleh ke aeahnya “untuk itu kamu bilang semuanya, disaat aku mau pergi”
Dion diam
“Mungkin benar, kita harus mulai menjalaninya semuanya sendiri sendiri...”
“Re, aku Cuma bingung dengan semuanya. Dan aku seakan nggak bisa menolak apa yang terjadi didepanku. Tapi aku juga nggak bisa lupa sama kemarin, sama kamu juga. Tiap aku ketemu kamu ...”
“iya Yon, nggak usah diterusin. Mungkin lebih baik aku enggak denger. Karna lucu memang, aku ngerasa ada yang sakit aja hahaha” aku nggak tahu sejak kapan perasaan macam ini muncul.
Dion diam, tapi Dion ingin semuanya dibicarakan malam ini. “Aku yakin orang baik bakal dapet orang baik. Kalau kamu seneng aku juga ngeliatnya seneg Re. Mungkin mulai saat ini kita harus ngejalani kedepan. Mulai hal baru...”
Kita berdua menerawang didunia masing masing, sulit untuk membaca pikiran. Hanya satu yang pasti, hari ini adalah hari malam terakhir dimana kita bisa bertemu. Dan esoknya, tak ada lagi perasaan itu, tak akan terulang hal hal yang lalu itu .... mungkin dia akan bisa, aku pun bisa.
Komentar
Posting Komentar