Menjelajah Makassar & Rammang-rammang [Day 1]
Waktu itu, kota Makassar jadi kota yang agak sensitif di telingaku. Setelah vakum liburan jauh, pilihan kali ini jatuh ke Makassar, dengan niat pertama adalah : nemenin kakakku yang mau acara Jamselinas di Losari. Tapi ternyata rencana itu berubah total, acara ke Jamselinas dibatalkan, diganti dengan perjalanan 4 hari 5 malam mengelilingi Makassar, Rammang-rammang, Tana Toraja sampai Tanjung Bira. Keliatan ngebut banget gak sih dengan jarak ratusan kilo itu...
Kamis, 13 September 2018
Kamis, 13 September 2018
Jarum
panjang jam dinding hampir menunjuk angka 12 tapi Dosen malem itu sepertinya
sedang mengulur waktu karna bisa membaca otakku bahwa aku dikejar waktu ke Juanda.
Oke, biasanya kelas malam ini nggak pernah lebih dari jam 19.45 tapi kenapaaaa
oh kenaapaaaa bapakkk...
Jumat, 14 September 2018
Jumat, 14 September 2018
01.00 WITA
Pesawat JT 800 mendarat mulus di runway
Bandara Ujung Pandang Sultan Hasanuddin Makassar. Satu jam lebih cepat dari Surabaya, rasa kantuk belum menyerangku walau sekarang sudah dini hari. Excited kah? hahaha. Kali ini aku pergi ber3 bareng sama Kakakku dan Eggy, temen kampusku. Aku sama kakakku beda
penerbangan karna beda keberangkatan, seperti biasa. Begitu sampe pintu kedatangan, ketemu deh
doi lagi duduk diluar pintu. Karna kita emang berniat backpackeran jadi pagi itu kita menunggu subuh di Bandara aja. Yang jadi masalah adalah kita belum dapat mobil untuk disewa di Makassar hari ini hahahah.
05.00
Lobi bandara kedatangan Ujung Pandang Makassar |
Bandara
UPG tidak tidur selama 24 jam. Kita bertiga duduk di kursi kursi pintu keberangkatan. Pukul 03.00 pagi Bandara mulai terlihat geliatnya, bus-bus berdatangan dengan penumpang keberangkatan paling pagi. Ini udah berbagai posisi tidur aku coba tapi ternyata aku nggak bisa semolor itu untuk tidur dikursi bandara. Ada miss komunikasi mengenai sewa mobil
di Makassar. Jadi pagi itu sebenarnya otakku antara ingin berfikir tapi belum
connect. Akhirnya setelah semua
panggilan telfon ku ke berbagai rental mobil tak terjawab (ya mungkin karna masih subuh kali ya) dan nggak ada toko
rent car di Bandara yang buka, kita make jasa rent car kenalan satpam hotel
Ibbis yang tentunya harganya melebihi budget kita. hiks
06.20
kurang lebih 15 menit menunggu, mobil Innova itu akhirnya muncul juga bersama dengan si bapak sopir bernama pak Udin. Kita minta untuk diantar ke Coto Makassar di Jalan Nusantara. Pagi itu jalanan masih agak sepi tapi pak Udin menyarankan untuk masuk tol saja karna ada beberapa titik dijalan yang sudah macet. Tak lupa pak Udin yang belum pulang dari semalam ini memutar lagu diskonya dengan volume maksimal, nggak peduli kita bertiga ngobrol pake teriak-teriak. kita tinggal tidur aja ye kan..
lokasi coto makassar di jalan nusantara |
Dan coto makassar ini ternyata udah buka dong,
letaknya ada disebelah pintu pelabuhan. Mangkoknya kecil lengkap dengan Buras dan ketupat yang tersedia diatas meja. Untuk porsi sarapan sebenernya agak banyak tapi karena pagi itu laper banget jadi ya porsinya pas aja hahaha.
coto makassar |
Berhubung
Coto Makassar ini letaknya deket banget sama Losari kita minta sekalian
dianterin ke Pantai losari. Pak Udin nurunin kita di ujung Selatan, sengaja biar kita bisa jalan kaki menikmati sepanjang anjungan pantai Losari sampai ujung Utara. Sayangnya pagi pagi gini nggak ada pedagang pisang eppe, adanya pengunjung yang memadati depan tulisan iconic Pantai Losari, dan sebagian nya adalah peserta Jamselinas yang menikmati pagi dengan mampir kesini.
Kita telfon pak Udin untuk jemput didepan tulisan Pantai
Losari. Berhubung dari awal sengaja untuk nggak booking hotel diawal kita minta tolong Pak Udin untuk nyariin budget hotel. Pak udin ini ngomongnya ngirit banget tapi sekalinya
ngomong kita nggak ada yang ngerti dia ngomong apa, apalagi itu lagu masih nyaring diputar, hmmmm. Butuh 10 menit kali ya
untuk menunggu Pak Udin ngomong, beliau nawarin rate yang lumayan murah. Rate 150-200 an kalau disekitar Losari dan rate
120-150 an kalau disekitar Bandara. Berhubung kita mau ke Rammang-ramang dan
lokasinya ngelewatin daerah Bandara jadi kita milih ke rekomendasi pak udin. Hotel
tempat kita namanya Wisma Agum Sari. Ratenya berkisar dari 120 sampa 250 an.
Lokasinya ada di Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 19 no 17. Kita mau ambil yang
120an tapi belum ada yang checkout dan yang kosong Cuma 150an. Oke kita ambil
deh buat bertiga. Kita check in jam setengah 9 pagi dan itu kita bisa checkout
sampe besok pagi. Wisma ini ada 3 lantai, kita dapat di lantai 3 naik tangga. Not
bad lah ya kalau hanya untuk mandi doang, tapi rasa airnya asin.
09.30
Menempuh perjalanan sekitar
35 km ke arah utara, akhirnya kita sampai di dermaga rammang-rammang. Pas
nyampe sana udah jam 11 an gitu trus dermaga Rammang-rammang lagi rame,
berhubung udah mau sholat jumat dan takutnya di sana nggak ada masjid, jadi
kita nunggu Eggy buat ke masjid dulu. Nggak tau masjidnya ada dimana, tapi Eggy
jalan kaki dari dermaga rammang-rammang.
13.00
rate harga perahu |
Harga
untuk 2-4 orang naik kapal itu 200k, harganya udah terpampang nyata di dermaga,
jadi no tawar-tawar kayake sih. Mengingat harganya ini standar untuk perjalanan
yang worth it. Sambil menunggu Eggy, kita menghabiskan waktu dengan mengamati wisatawan dan warga lokal yang lalu lalang di dermaga sampai makan siang di warung persis disebelah dermaga.
dermaga |
Perjalanan
diawal dari dermaga kita ngelewatin batu-batuan karst yang menyebar disungai
Pute kemudian tumbuhan tumbuhan bakau mulai memadati pinggiran sungai, gugusan
bukit-bukit tinggi ikut membentang disepanjang sungai menambah eksotisme
sungai. Ada 1 dermaga kecil disisi kiri sungai. Namanya Kampung Batu Taman
Laku.
Sayangnya kita nggak berhenti di dermaga itu (kita juga nggak tau sih
kalau itu tempat wisata juga hahaaha). Setelah melewati aliran sungai terbuka
kita akan masuk kedalam celah tebing yang membentuk terowongan.
Keluar
dari terowongan batu kita akan melihat tumbuhan daun nipah sepanjang sungai.
Disela sela tumbuhan ada satu dua rumah kayu kecil. Sungai Pute yang dialiri air payau ini tidak terlalu
dalam, bahkan siang itu air sungai agak surut jadi kadang perahu harus didorong
dengan sampan karna terkena lumpur dasar sungai. Sebelum mencapai dermaga
paling ujung di Desa Berau kita akan melewati 1 terowongan batu lagi. Setelah
itu dermaga ramai dipenuhi perahu-perahu yang bersandar. Tidak ada batasan
waktu untuk menjelajahi Desa Berua, karna kapal disini hanya diperbolehkan
beroperasi 1 kali dalam sehari, jadi jangan takut ditinggal oleh si kapal ya.
Tiket
masuk Desa Berua per 14 September 2018 adalah Rp 5.000/orang. Desa Berua punyai 3 destinasi wisata yang
bisa dikunjungi. Yang pertama ada Padang Ammarung. Letaknya ada diujung kanan
dari Kampung Berua. Sepanjang jalan kita ngelewatin sawah-sawah yang
dikelilingi bukit karst yang tinggi. Cuaca siang hari itu panas banget, tapi
terlihat sejuk karna dikelilingi perbukitan karst dan pepohonan hijau. Walaupun
begitu berjalan diantara pematang sawah yang habis panen ini disarankan memakai
sunblock dan pelindung wajah seperti topi.
Karna
siang itu begitu terik, agaknya wisatawan mengurungkan niat untuk berjalan
berkeliling. Kita berjalan melalui pematang sawah, mengikuti petunjuk dari
papan kayu untuk menuju Padang Ammarung. Sebelum sampai di Padang Ammarung kita
akan menyeberang jembatan kayu yang sebenarnya panjangnya sekitar 5 meter tapi
karna berbentuk jembatan ala kadarnya jadi lumayan lah ya, agak dibikin
dramatis hahaha.
12.53
Menurut yang tertulis di papan
dipintu masuk wilayah Padang Ammarung, Padang Ammarung atau dalam bahasa inggris
bernama Stone Hills adalah sebuah padang batu dengan benteng-benteng geologi
yang unik, susunan susunan batu terlukis oleh air dengan mata air yang membelah.
Landscape Desa Berua secara keseluruhan akan nampak dari atas bukit padang
ammarung. Nama Padang Ammarung diambil dari gemuruh air yang membelah padang
ammarung dimusim penghujan.
Bukit
karst terbuka menyambut kita sehabis menyeberang sungai. Hati hati dengan
tangga berundak yang alami, salah langkah bisa kepleset dan tergores batu yang
lumayan tajam. Karena ini bukan weekend kita besyukur ada 1 warung yang buka
diatas bukit. Karena sambil nunggu Eggy tadi kita udah makan siang di warung
Dermaga jadi kita Cuma pesan kelapa muda utuh yang super yummiii. Ini mah karna
haus aja setelah perjalanan menguras tenaga.
Saking magernya dan semilirnya
angin di saung si ibu, kita hampir 45 menit ada disini. Turun dari Padang
Ammarung kita jalan ke Goa Berlian. Sebenarnya ada jalan pintas ke Gua Berlian,
tapi kita malah muter-muter haha.
Dari
kejauhan tulisan Goa Berlian akan terlihat. Kupikir celah diantara batu itu
sudah masuk kedalam gua. Ternyata enggak dong, itu masih jalan masuk menuju
‘basecamp’ gua yang dijaga oleh beberapa orang dan warung. Nah didalam celah
itu seperti ini...
Kita
disambut ibu-ibu dan mbak mbak sekaligus guide kalau kita mau naik keatas gua.
Naik? Iya, lokasi gua ada diatas sana. Biaya masuk goa berlian adalah Rp
5000/orang. Awalnya agak curiga kok mbaknya ganti pake sepatu, emangnya kita
mau tracking? Hah iya doongggg. Jalurnya pun dari yang berbatu, berkontur tanah
sampai nanjak nanjak.
Kita
sampai dihalaman goa yang tidak terlalu luas. Didepan goa ada patung dan aku
lupa itu patung berbentuk apa. Kemudian, si mbaknya mengajak kedalam. Ku pikir
mau kemana dong ya. Ternyata oh ternyata ada tangga minimalis dilengkapi dengan
tali tambang sebagai penyeimbang tubuh. Yak dan kita diminta untuk naik keatas
karna disanalah “berlian” itu berada.Jangan ditanya lah bagaimana kita naik dan turun, yakin aja bisa hahha. Lantai 2 goa juga tidak terlalu luas, cukup untuk berdiri 4-5 orang. Didalam juga terdapat beberapa patung yang terbentuk secara alami. Nah yang paling penting adalah kilauan dari berlian yang ada di dinding gua. Berlian berlian muda itu terbentuk dari stalaktit stalaknit yang umurnya udah puluhan tahun. Katanya sih cahaya-cahaya yang berkilauan itu memang berlian karena udah dilakukan penelitian 2 kali. Tapi berlian itu belum bisa diambil ya karna masih muda, nggak tau tuh kalau udah bisa diambil bakalan dieksploitasi apa enggak.
14.30
Berhubung
sudah mendekati ashar dan kita sudah cukup puas menikmati desa Berua walaupun
masih ada 1 destinasi lagi yaitu Goa Kingkong, kita memutuskan untuk balik lagi
ke dermaga. Dermaga desa Berua sore itu mulai ramai dengan wisatawan, mereka memilih menikmati desa disekitar dermaga.
17.00
Setelah
1 jam perjalanan kita sampe juga di hotel lagi, mandi lagi sekalian nunggu
maghrib jam 6 sore. Kelar maghrib kita langsung minta di anterin ke PO Litha
and co di jalan Urip Sumoharjo km 7. Ohiya kita akhirnya beli langsung karena
menurut informasi bus arah Toraja itu banyak jadi jangan takut kehabisan,
kecuali mungkin kalau ada event kali ya. Berhubung PO
bus ini letaknya juga nggak jauh dari kota, deket sama Rujab Gubernur, akhirnya
sekalian aja ambil disini, gitu ceritanya. Jumat
sore itu jalanan makassar macet banget nggak kalah sama Surabaya kalau lagi rush hour, kita
lewat tol aja masih kena macet, keluar tol macet lagi di depan kantor gubernur
sampe depan kodam.
19.00
Kita
pesan bus keberangkatan jam 22.00. Berarti masih punya waktu 2,5 jam buat cari
makan. Barang-barang bisa kita titipin ke ruangan sebelah reservasi, bilang aja
mau nitip barang. Berhubung kakakku juga mau ngambil race pack Jamselinas, kita
mampir dulu ke Rujab Gubernur, trus makan di rumah makan Lae-lae.
Ternyata 2,5 jam itu cepat berlalu apalagi pas dapat sopir taksi online yang udah bapak bapak dan nyetirnyaaa pelaaann banget, itu spedometer jarum nya nggak lebih dari angka 30. udah dikode kode juga si bapak nggak ngeh udah disalip kanan kiri. Bapak.... saya gantiin nyetir aja boleh?
Udah gitu dinner di rumah makan Lae-Lae diluar ekspektasi, udah kek macem lagi lomba makan. Kita pesan ikan Baronang dengan sisik yang masih utuh dan cumi bakar yang porsi semuanya bisa buat 4 orang. Untungnya pas pulang dapat sopir taksi online yang gercep, tau aja sih mbaknya kita lagi buru buru haha.
Waahh sedih sih gak kerasa hari pertama udah berlalu, tapi selalu excited buat 3 hari ke depan. Pukul 22.00 tepat bus meninggalkan garasi dan perjalanan menuju Tana Toraja di mulai....
Day 2 : perjalanan Tana Toraja
Udah gitu dinner di rumah makan Lae-Lae diluar ekspektasi, udah kek macem lagi lomba makan. Kita pesan ikan Baronang dengan sisik yang masih utuh dan cumi bakar yang porsi semuanya bisa buat 4 orang. Untungnya pas pulang dapat sopir taksi online yang gercep, tau aja sih mbaknya kita lagi buru buru haha.
Waahh sedih sih gak kerasa hari pertama udah berlalu, tapi selalu excited buat 3 hari ke depan. Pukul 22.00 tepat bus meninggalkan garasi dan perjalanan menuju Tana Toraja di mulai....
Day 2 : perjalanan Tana Toraja
Komentar
Posting Komentar