Itinerary perjalanan Bulukumba [Day 3&4]
Day 3
16 September 2018
Aku
terbangun saat mendengar sayup sayup penumpang turun di Bandara Ujung Pandang lalu melaju meninggalkan Bandara dan berhenti di depan
terminal Daya sebelum akhirnya berhenti di tujuan akhir.
Masih pukul 4 pagi saat kami sampai di garasi PO Litha. Kami juga satu-satunya
rombongan yang menunggu pagi dimushola belakang parkiran bus. Menunggu shubuh
sebelum akhirnya menuju terminal Malengkeri. Sewaktu kami bilang ke sopir kalau mau Bulukumba, si bapak ini tidak masuk ke dalam
terminal tapi mengarahkan kami ke depan pintu terminal. Dan disitulah awal mula
perkenalan kita dengan Bang Resky dan Bang Anwar, pemuda asal Bulukumba yang
akan mengantarkan kita ke Pantai Bara.
Pukul
06.30 mobil avanza melaju meninggalkan terminal malengkeri dengan 4 penumpang.
Tidak jauh mobil berjalan, kita dapat penumpang lagi. Beberapa menit jalan
mobil mengangkut penumpang lagi. Jadilah mobil membawa 6 penumpang.
Sepanjang
jalan nampak pedagang buah semangka berjajar dipinggir jalan. Yang
membedakannya adalah semangka semangka itu berukuran lebih besar daripada yang
di Jawa. Bang Resky sempat menawarkan untuk berhenti kalau pengen beli. Tapi
karna ragu-ragu akhirnya nggak jadi beli. Padahal lumayan juga bisa buat
cemilan di pinggir pantai hahaha.
Memasuki
wilayah Jeneponto, hamparan savanna dengan rerumputan meranggas berwarna
kecoklatan menemani perjalanan kami. Jalanan naik turun berliku membelah
savanna dimana beberapa titik kami menjumpai kuda sedang bersantap di siang nan
terik ini.
Mendekati
wilayah Bulukumba, cukup lama mobil melaju menyusuri pantai-pantai nelayan.
Perahu-perahu bersandar di pinggir pantai, terkadang tertutup bangunan lalu
muncul lagi pantai. Baru setengah perjalanan sebelum akhirnya kita tumbang satu
persatu, tertidur karena angin semilir dari jendela mobil yang sengaja dibuka.
Sampai
di Bulukumba, kami ber 3 jadi penumpang terakhir. Bang Aswar gantian menyetir
didepan sementara Bang Resky duduk dibelakang. Mendekati wilayah Tanjung Bira kita
akan melewati Tebing Apparalang. Sayangnya kita tidak punya waktu untuk kesana.
Atmosfer pantai sudah mulai terasa karna disebelah sisi kiri deretan pantai
mengiringi perjalanan kami.
Biaya
masuk ke wilayah Tanjung Bira adalah 10k/orang. Untuk mencapai Cosmos Bungalow
di Pantai Bara kita harus belok kanan sejauh 2 kilometer melewati jalanan
beraspal lalu disambut jalanan berbatu lalu jalanan akan kembali bagus beraspal
dengan kondisi cukup dilewati 1 mobil dan dikelilingi semak semak serta pepohonan
lalu kita akan sampai di Cosmos Bungalow.
11.30
Bungalow
ini hanya mempunyai 7 kamar dengan 3 tipe kamar, salah satunya adalah 2 kamar
tipe seaview yang mempunyai pemandangan langsung ke laut bebas.
Beruntungnya siang itu salah satu kamar kami sudah kosong jadi kita bisa
langsung check in tanpa harus menunggu jam 2 siang. Karna kamar Eggy masih ada penghuninya, jadi kita bertiga
bersantai didepan kamar. Siang yang cukup terik dilengkapi dengan sepoi-sepoi angin pantai,
bukannya pengen tidur tapi malah semangat buat turun ke pantai karena ngeliat
bule-bule asik berendam di pantai.
14.00
Karna
ternyata air laut dingin saat dipegang dan nggak begitu panas saat di bibir
pantai. Setelah makan siang di Bungalow kita joinan sama orang Prancis buat
snorkeling ke Pulau Kambing dan Liukang. Nggak heran harga 1 kali jalan 800k,
soalnya kita dijemput pake speedboat hahahhaa. Untungnya adalah nggak perlu
lama-lama sampai ke Pulau Kambing karna ini speedboat nerobos ombak sampai kita
kepental pental.
Pulau
Kambing sore itu sepi dan kata si bapak, kami beruntung karna cuaca cerah dan
ombak cukup tenang. Kami jadi bebas ke sana kemari. Puas di Pulau Kambing kami
naik lagi dan menuju Pulau Liukang. Ternyata perairan disini lebih bagus dan
banyak ikannya. Sayang banget batere kameranya udah abis dipake waktu di Pulau
Kambing. Padahal ikan-ikan hias berseliweran ikut berenang bareng kami.
Nggak
terasa sejam udah menjelajah Pulau Liukang dan kami harus segera naik lagi ke atas kapal. Si bapak menurunkan kami
tepat di bawah Cosmos Bungalow, karna matahari belum sepenuhnya turun kami
nggak menyia nyiakan waktu untuk bersantai ria di pantai.
17.25
Senja terkadang bisa membuat orang terbius, memandangnya berlama lama karna keindahan itu hanya lewat sebentar saja. Ku amati pantulan cahaya di permukaan air laut, menyapu pandangan dari ujung ke ujung. Aku jarang pergi ke pantai, bahkan agak kurang suka dengan pantai. Tapi kali ini aku ini ingin disini, hanya duduk di kursi panjang, memeluk bantal dan duduk mengamati. Kami
bertiga duduk diatas balkon depan kamar. Langit perlahan berubah menjadi jingga
kemerahan. Langit sore kali ini seolah bukan menjadi perpisahan di akhir minggu tapi menjadi sambutan untuk kita di Pantai Bara.
Sambil
menunggu sholat maghrib kita menyusun rencana untuk malam ini. Niatnya bertekad
tidak akan tidur cepat malam ini. Karna kita akhirnya enggak sewa sepeda,
dengan tekat bulat kita mau jalan kaki ke Pantai Bira. Berjarak sekitar 2 km
melewati jalanan sepi tanpa lampu kita berpapasan dengan segerombolan wisatawan
asing yang jalan kaki juga.
Setengah
jam jalan kaki kami akhirnya memilih makan malam di Warung Bambo setelah
Phinisi Cafe di Tanjung Bira tutup. Masakan di sini enak dengan pelayanan yang
ramah. Kami jadi pengunjung terakhir sebelum
akhirnya warung tutup. Perjalanan pulang menuju cosmos bungalow kita akan
melewati red districknya tanjung bira. Jalan dalam sepinya malam, kapan lagi melakukan hal-hal tak terduga semacam ini kan. Hm mungkin kalau kita kesini Cuma berdua
cewek doang, nggak akan deh jalan malam-malam gini.
Kami sampai di Cosmos Bungalow jam 9 malam. Walaupun balkon hotel berbentuk terbuka beratapkan langit yang langsung menghadap laut, tapi angin malam itu tidak berhembus kencang dan ombak terdengar teduh. Aku langsung tergeletak di kursi balkon
depan kamar. Ini malam terakhir kita dari perjalanan panjang sejak hari Jumat.
"Mer belum ngantuk?"
Aku yang lagi senderan tiba-tiba langsung menegakkan dudukku dan berkata belum walau akhirnya aku macam orang dibius karna sebenernya aku ngomongnya setengah sadar, berniat ikut gabung melek sampe malem tapi nyatanya udah gak kuat hahaha
"Mer belum ngantuk?"
Aku yang lagi senderan tiba-tiba langsung menegakkan dudukku dan berkata belum walau akhirnya aku macam orang dibius karna sebenernya aku ngomongnya setengah sadar, berniat ikut gabung melek sampe malem tapi nyatanya udah gak kuat hahaha
Senin,
17 September 2018
04.30
Because
aku tidur paling cepet semalem, aku jadi paling pagi bangunnya. Karna bagian
depan kamar adalah kaca, aku bisa melihat kalau diluar masih gelap. Aku pindah
tidur di hammock depan, berharap bisa ngeliat sunrise tapi ternyata sunrisenya
tertutup tebing hweehehhe.
06.00
Kami
bertiga akhirnya turun ke pantai. Air sudah agak surut jadi kami bisa mainan
air sampai ke arah barat dari cosmos. Puas menyusuri pantai, kita naik keatas untuk beres-beres dan sarapan. Udah kesekian kalinya kita duduk satu meja buat sarapan, makan siang atau makan malem. Dan sedih hari ini terakhir kita di pantai
Bara, bisa nggak sih kita semalem lagi di sini ...
Kapal-kapal
bergantian datang menjemput penumpang yang akan pergi ke pulau-pulau seberang.
Tanjung Bara, tidak menyesal aku rela estafet mengejar waktu buat kesini walau
Cuma untuk 1 hari 1 malam yang menyenangkan.
Kami
benar-benar meninggalkan Pantai Bara saat Bang Resky dan Bang Aswar menjemput
kami pukul 10 pagi. Selamat tinggal Tanjung Bara, doakan kita bisa bertemu
lagi. Jangan lupa mampir makan siang di Jeneponto...
Komentar
Posting Komentar